Kamis, 02 Februari 2012

paper 6 pengabungan antara Ilmu sosial dasar, Sistem komputer, dan fenomena yang terjadi


 1. Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

1. Sumberdaya wilayah pesisir dan laut memiliki peranan  penting bagi pembangunan nasional. Laju pemanfaatannya yang semakin pesat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa. Namun pertumbuhan ekonomi tersebut menimbulkan fenomena kerusakan pada lingkungan pesisir karena pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi.
Kerusakan tersebut mengakibatkan produktivitas sumberdaya pesisir dan 
laut berkurang sehingga berdampak pada rendahnya taraf kehidupan masyarakat. Kemiskinan dan tekanan ekonomi yang semakin meningkat mendorong masyarakat melakukan ekploitasi untuk tujuan jangka pendek dengan menggunakan bahan-bahan dan peralatan yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, meningkatnya persaingan untuk mendapatkan sumberdaya pesisir dan laut akan membuka peluang terjadinya konflik pemanfaatan yang semakin besar.

Untuk mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan sumberdaya pesisir dan 
laut, serta mengurangi konflik pemanfaatan maka salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat (DPL-BM). DPL-BM merupakan daerah pesisir dan laut yang dapat meliputi terumbu karang, hutan mangrove, lamun, atau habitat lainnya secara mandiri atau bersama-sama yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan biota laut. Penentuan DPL-BM yang tepat dan pengelolaan yang  baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berkelanjutan. 

1.2.    Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem pakar untuk penentuan DPL-BM berbasis website.

2.    BAHAN DAN METODE

2.1.  Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai bulan Maret 2009 dan berakhir pada bulan Mei 2010 di Departemen Ilmu dan teknologi 
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

2.2.      Alat dan Bahan
Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam sistem pakar penentuan DPL-BM antara lain : Prosesor AMD Turion 64 X2 2.0 GHz; Memori 2 GB; Media penyimpanan 120 GB; Alat inputan mouse dan keyboard, sedangkan spesifikasi perangkat lunak yang digunakan adalah : Microsoft Windows XP Professional Service  Pack 2; Bahasa pemrograman PHP 5.2.5, DBMS MySQL 5.0.51; Web Server Apache 2.2.8; CMS Joomla 1.5.14; Scripting Engine Code Igniter 1.5.6; Editor Notepad++, Adobe Dreamweaver CS3; Browser Mozilla Firefox 3.0.2.

2.3.     Pembangunan Perangkat Lunak
Sistem pakar penentuan DPL-BM mengacu kepada model proses pengembangan perangkat lunak Waterfall, yaitu identifikasi, analisis, desain, implementasi, dan pengujian (Gambar 1). Identifikasi merupakan langkah pertama dalam sistem pakar. Pada tahap ini dilakukan proses pengidentifikasian terhadap masalah yang ingin dibahas yaitu tentang penentuan daerah perlindungan 
laut berbasis masyarakat.

http://www.ilmukelautan.com/images/gambar/instrumentasikelautan/sispak1.png

Analisis yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan pengguna dan  kebutuhan sistem pakar. Analisis kebutuhan sistem pakar dilakukan supaya sistem dapat menjalankan proses dengan baik sesuai dengan kebutuhannya. Analisis dan pemodelannya meliputi kebutuhan aplikasi, kinerja sistem yang diharapkan, basis pengetahuan, mekanisme interferensi, identifikasi aktor.
Tahap desain meliputi perancangan basis data, perangkat lunak, aturan pada basis pengetahuan dan mekasnisme inferensia. Dalam merancang basis data, dilakukan pemodelan terhadap kebutuhan dan aktifitas yang terjadi pada basis data yaitu Entity Relationship Diagram dan struktur tabel. Perancangan perangkat lunak dilakukan dengan merancang antarmuka pemakai yang digunakan sebagai media perantara dalam penyampaian data dan informasi dari dan ke penggun
Fenomena laut terbelah ini sebenarnya bukanlah hal mengherankan, di Korea Selatan terjadi suatu peristiwa yang disebut Moses Miracle dan hal ini tidak terjadi pada ratusan atau ribuan tahun yang lalu, tetapi setiap dua tahun sekali. Sebenarnya ini bukanlah sebuah ‘mukjizat‘ seperti jaman Nabi Musa, tetapi hanya sebuah ‘kejadian’ pasang surut lautan saja.
Peristiwa terbelahnya lautan ini menghubungkan dua pulau yaitu Jindo dan Mido. Laut yang surut membuka suatu alur daratan sepanjang 2,8 km selama beberapa jam.